SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
RETORIKA
MAKALAH
Disusun
Guna Untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Retorika
Dosen
Pengampu : Dra. Hj. Jauharotul
Farida,
M.Ag
Disusun
Oleh :
Siti
Ani Munasaroh (1501046002)
PENGEMBANGAN
MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
“Hanya orang
yang pandai bicara adalah sungguh-sungguh manusia”, kata Quintilianus seorang
ahli retorika Romawi. Apa yang dikatakan Quintilianus ini tidaklah berlebihan,
karena memang dengan berbicara kualitas seseorang dapat dinilai. Orang yang
tutur katanya teratur, jelas dan mudah dimengerti menunjukkan jalan pikirannya
yang jernih dan teratur. Sebaliknya orang yang suka berbicara berbelit-belit
atau tidak dapat mengungkapkan hal yang dimaksudnya, menunjukkan jalan pikiran
yang kacau pula.
Banyak orang dikagumi karena kemampuan bicaranya. Mantan presiden pertama
RI salah satunya. Ir. Soekarno (alm) terkenal sebagai orator yang ulung.
Kemampuan merangkai kata membuat siapa saja akan terpesona dan tidak ingin
melewatkan setiap kata yang diucapkannya. Kepiawaian beliau dikenal tidak di
Indonesia saja, bahkan seluruh dunia mengakuinya. Sebagai penghargaan terhadap
kemampuan pidatonya, setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari pidato Bung
Karno. Kemampuan yang dimilikinya adalah ilmu retorika. Retorika dakwah Islam berkembang berjalan seiring
dengan perkernbangan dakwah Islam. Aktifitas dakwah sendiri sudah ada sejak
adanya Islam karena memang Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang
memberikan nasihat untuk membenarkan dan mengimani apa yang difirmankan Allah
SWT serta membenarkan dan melaksanakan perintah yang dikatakan nabi-nabi Allah,
juga nasihat untuk orang banyak agar saling tolong menolong serta saling
mengingatkan.
Dalam merealisasikan fungsinya Islam sebagai agama
dakwah, Allah mengutus nabi dan rasul-Nya sebagai orator-orator yang akan
mengatur, membimbing dan mengajak semua yang ada di muka bumi untuk taat dan
takut pada Allah. Dakwah tersebut dimulai dari Nabi Adam AS hingga kurun
sekarang ini. Supaya berhasil dalam aktifitas dakwahnya, para nabi dan rasul
dibekali Allah dengan ilmu yang tidak bisa terlepas dari aktifitas dakwah
tersebut, yaitu ilmu Retorika. Hal ini bertujuan agar agama Islam dapat
disiarkan dengan benar dan tanpa ada unsur paksaan. Retorika pada dakwah belum
begitu nampak, karena pada waktu itu dakwah dalam lingkup keluarga. Retorika
dakwah baru berkembang dan mulai menampakkan perannya sejak masa Nabi Nuh
dakwah yang dilakukan tidak hanya ditujukan keluarganya saja, melainkan juga
untuk umatnya.
Pada
makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang pengertian retorika, sejarah
retorika dan perkembangan retorika dari zaman klasik sampai zaman modern.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
retorika ?
2.
Bagaimana
sejarah dan perkembangan retorika dari zaman klasik sampai sekarang?
3.
Bagaimana
sejarah dan perkembangan retorika di Indonesia?
PEMBAHASAN
1. Pengertian Retorika
Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric”
dan bersumber dari perkataan Latin “rhetorica”
yang berarti ilmu bicara. Retorika
sebagai suatu ilmu memiliki sifat- sifat rasional,
empiris, umum dan akumu-latif (Harsoyo dalam Susanto, 1988:73-74). Rasional, apa yang disampaikan oleh seorang pembicara harus tersusun secara sistematis dan logis. Empiris berarti menyajikan fakta-fakta yang
dapat diverifikasi oleh pancaindra. Umum artinya kebenaran yang disampaikan tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasiakan karena memiliki nilai sosial. Akumulatif merupakan perkembangan dari ilmu yang sudah ada sebelumnya, yaitu penggunaan bahasa secara lisan maupun tulisan. Retorika secara sistematis dan metodologis telah dipelajari, diteliti, dan dipraktekkan oleh Sokrates dan penerusnya. Ada juga yang memberi pengertian retorika sebagai seni penggunaan
bahasa yang efektif. Yang lain mengatakan retorika sebagai public speaking atau berbicara di depan umum. Pengertian retorika secara sempit adalah hanya mengenai bicara, sedang secara luas tentang penggunaan bahasa
lisan dan tulisan.[1]
Menurut Sunarjo(1983:49-52) Retorika dapat diartikan
sebagai seni berpidato atau mengarang/membuat naskah dengan baik. Dalam Webster's World College Dictionary
disebutkan bahwa retorika adalah "the
art of speaking or writing with correctness, clearness and strength",
yakni seni berpidato atau mengarang dengan benar, teliti, jelas, dan kuat. Retorika
juga diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan
bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (arts, techne). Seni dan
kepandaian berbicara dibutuhkan dalarn banyak medan kehidupan manusia dalam
hubungannya dengan lain. Mulai dari seorang pengacara, jaksa, hakim, pedagang
sampai kepada negawaran, semuanya membutuhkan retorika. Dewasa ini retorika
diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses
komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti lancar
tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, suatu kemampuan untuk berbicara
dan berpidato jelas, padat dan mengesankan.[2]
Pengertian retorika dapat
dilihat dari tinjauan
filosofis dan tinjauan ilmu komunikasi.Secara filosofis, retorika dapat dirunut dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.Filsuf
Aristoteles mempertegas bahwa emosi manusia bervariasi dan ini dapat digunakan oleh seorang orator atau pembicara untuk mempengaruhi audiensnya. Aristoteles memberikan
pengertian bahwa retorika sebagai seni yang memiliki nilai-nilai tertentu. Nilai itu adalah kebenaran dan keadilan yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan dalam masyarakat. Bagi Aristoteles, retorika memiliki beberapa fungsi, yaitu pengetahuan yang mendalam tentang retorika dan latihan-latihan yang dilakukan bisa mencegah retorika. digunakan sebagai alat
penipuan retorika sangat berguna sebagai sarana untuk menyampaikan instruksi.
retorika sama halnya dengan dialektik yang dapat memaksa orang untuk berpikir
dan mengajukan pertanyaan.
Dalam ilmu komunikasi, retorika
dan public speaking tidak terlalu dibedakan pengertiannya. Beberapa pendapat
dikemukakan sebagai berikut.
a.
Public speaking atau retorika adalah suatu komunikasi tempat komunikator
berhadapan langsung dengan massa atau berhadapan dengan komunikan atau audiens.
Public speakingatau retorika dibedakan dengan komunikasi massa. Alasannya
komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang menggunakan media massa, sedang
public speaking atau retorika adalah komunikasi langsung dengan massa.
b.
Public speaking atau retorika digolongkan pada komunikasi massa. Alasannya bahwa
public speaking atau retorika harus dibedakan dengan pidato-pidato lain. Public
speaking adalah bentuk komunikasi berupa pembicaraan yangd iucapkan seseorang
di depan orang banyak atau massa mengenai sesuatu masalah sosial. Public
speaking atau retorika mempunyai ciri-ciri khusus, yakni public speaking harus
diucapkan di depan orang banyak atau massa yang menjadi topik dalam pembicaraan
adalah menyangkut orang banyak, menyangkut masalah sosial. Public speaking atau
retorika tidak mungkin membicarakan masalah perorangan kecuali masalah tersebut
menyangkut orang banyak. Pada dasarnya, terdapat perbedaan antara pidato-pidato
yang diucapkan di depan kelompok kecil atau kelompok yang terbatas dengan
public speaking atau retorika. Pidato di depan kelompok kecil/terbatas sudah
mempunyai nama sendiri-sendiri, misalnya ceramah, kuliah,briefing,dan sebagainya.
c.
Tujuan public
speaking atau retorika digunakan untuk menyadarkan dan mem-bangkitkan orang
banyak atau mengenai masalah sosial sehingga tidak perlu igunakan suatu uraian
ilmiah rasional.Tujuan retorika terutama berusaha mem-pengaruhi audiens atau
komunikan. Yang perlu diperhatikan ialah retorika merupakan teknik pemakaian
bahasa secara efektif yang berarti keterampilan atau kemahiran dalam memilih
kata-kata yang dapat mempengaruhi komunikan sesuai dengan kondisi dan situasi komunikan
tersebut.
d.
Retorika dan
pidato dibedakan sebagai berikut. Pertama, retorika diidentikkan dengan public
speaking,yakni salah satu bentuk komunikasi dengan audiens yang cukup banyak,
bahkan ada yang menggolongkan retorika sebagai komunikasi massa. Kedua, pidato
dapat terjadi dalam suatu group communication (komunikasi kelompok kecil misal nyaceramah
dalam kelas) atau large group communication( komunikasi kelompokyang cukup
besar, misalnya pada waktu seseorang memberi informasi sebelum ada pertunjukan
sandiwara di alun-alun). Ketiga, retorika dan seni pidato tidak ada perbedaan
yang mendasar.Pengertian retorika pun berkembang sesuai dengan zamannya. Pengertian
retorika dewasa ini mencakup beberapa hal (Aly, 1994: 5), yaitu:
prinsip-prinsip mengenai komposisi yang persuasif dan efektif serta ketrampilan
yang harus dimiliki oleh seorang ahli pidato (orator); prinsip-prinsip mengenai
komposisi prosa pada umumnya (secara lisan atau tertulis dan fiktif atau
ilmiah) kumpulan ajaran teoretis mengenai seni komposisi verbal (prosa atau
puisi) beserta cara-cara yang dipergunakan dalam prosa atau puisi. Menurut
orator Richard Crable,retorika bisa dipandang sebagai suatu yangbombastis,
suatu konotasi ketidakjujuran,retorika dapat diperluas dalam ‘teks
book’mengenai penggunaan bahasa dan komposisi,dipandang sebagai seni dan atau
ilmupengetahuan pemakaian bahasa untukmempengaruhi orang lain. Sementara
itu,Hendrikus (2000:14)[3]
memberi pengertian sebagai berikut.
a.
Retorika sebagai kesenian untuk berbicara baik yang
dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia.Kesenian berbicara baik ini
bukan berarti berbicara lancar tanpa pikiran yang jelas dan berisi melainkan
kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat,jelas, padat, dan
mengesankan.
b.
Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara
pengetahuan, pikiran,kesenian, dan kesanggupan berbicara.Retorika modern
mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik
pengungkapan yang tepat,dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat.
c.
Dalam bahasa percakapan atau popular, retorika berarti
pada tempat yangtepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang
tepat, benar, dan mengesankan. Artinya, orang harus dapat berbicara jelas,
singkat, dan efektif. Jelas supaya mudah dimengerti, singkat untuk menghemat
waktu, dan efektif memiliki pengaruh atau efek pada khalayak.
2.
Sejarah dan Perkembangan Retorika
Dari Zaman Klasik Sampai Sekarang
Ilmu retorika pertama kali
dikembangkan di Yunani. Saat itu kepandaian berbicara di sebut techne rhetorike yang berarti ilmu
tentang seni berbicara. Berikut akan diuraikan perkembangan ilmu retorika sejak
zaman yunani kuno hingga saat ini dan perkembangan retorika di Indonesia.
1. Zaman Yunani Kuno
Sejak abad ke- 7 sampai ke-
5 sebelum Masehi ilmu retorika telah dikenal di Yunani. Telah banyak ahli-ahli
pidato saat itu. Alhi-ahli yang dicatat sejarah saat itu diantaranya Solon
(640-560); Peisistratos (600-527); Thenustokles (525-460). Perikles (500-429).
Karena kemahirannya berpidato penggemarnya mengatakan bahwa dewi-dewi seni
berbicara yang memiliki daya tarik memukau dan bertahta di atas lidahnya.
Pada mulanya para ahli
pidato di Yunani hanya berbicara dalam ruang persidangan. Tetapi setelah
memperhatikan bahwa kepandaian berbicara berguna untuk memimpin negara, maka
orang mulai menyusunnya dan disebut retorika, sehingga mudah dipelajari. Usaha
ini dijalankan pertama-tama di daerah koloni Yunani di Sisilia dimana kebebasan
berbicara mulai djunjung tinggi. Usaha yang sama juga dikembangkan di kota
Athena dan di seluruh kerajaan Yunani. Sejak abad ke-5 mulai didirikan sekolah-sekolah
retorika di wilayah-wilayah yang berkebudayaan helenistis. Retorika menjadi
salah satu bidang ilmu yang diajarkan kepada generasi muda yang dipersiapkan
untuk memimpin negara. Retorika pada abad ini menjadi salah satu bidang ilmu
yang menyaingi filsafat. Beberapa ahli pidato muncul saat itu diantaranya
Gorgias (485-380); Protagoras (480-410) dan Thrasymchus (300-200). Selain itu
muncul juga ahli pidato lain yang terkenal seperti Socrates.
Menurut Socrates retorika
adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara
meyakinkan. Retorika harus menyampaikan kebenaran bukan kata-kata kosong.
Pendapat ini dilanjutkan muridnya yang sangat terkenal Aristoteles. Aristoteles
menulis buku yang berjudul “rhetoric”. Pada bagian awal bukunya ahli ini
menekankan bahwa retorika adalah suatu pokok persoalan atau subjek yang dapat
digambarkan secara sistematis seperti ilmu-ilmu lain. Melanjutkan perjuangan
gurunya Aristoteles menyatakan bahwa retorika menggariskan prinsip-prnsip
filosofi ilmiah untuk mempersuasikan kebenaran kepada pendengarnya. Setelah Yunani dikuasai bangsa Makedonia dan Romawi,
maka berakhirlah masa kejayaan ilmu retorika Yunani Kuno. Retorika hanya
merupakan ilmu yang dipelajari di bangku sekolah.
2. Zaman Romawi Kuno
Setelah kerajaan Romawi
menguasai Yunani terjadilah kontak antara kaum cendekiawan Romawi dan Yunani.
Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan bangsa Yunani terutama ilmu
kepandaian berbicara. Ilmu retorika mulai diberikan di sekolah-sekolah. Apabila
ada murid yang berbakat berpidato, setelah mereka dibekali pengetahuan teoretis
tentang retorika, mereka disuruh mengunjungi tempat-tempat pengadilan, mereka
menyaksikan pidato dibawakan di pengadilan dan di depan publik. Berdasarkan
pengalaman praktis itu, para murid melengkapi petunjuk yang diberikan gurunya
disekolah.
Terdapat ahli-ahli pidato
terkenal di Romawi saat itu, diantaranya Cato Senior (234-149) yang terkenal
lewat pidatonya yang berjudul “Carthago
delegenda est” yang mengajar rakyat Romawi membinasakan kota Cartago di
Afrika Utara. Ahli pidato lainnya adalah
Marcus Tullius Cicero (106-44). Cicero menulis mengenai teori pidato, yang
sampai saat ini masih digunakan.
Ahli pidato lainnya yaitu
Gaius Junius Caesar (100-44). Caesar terkenal sebagai seorang diktator. Ia
seorang yang pandai berpidato dan berperang. Selanjutnya ada Quintilianus
(35-100) yang merupakan seorang guru retorika. Tahun 1970 Quntilianus menerima
pengakuan resmi dari Kaisar Vespasianus sebagai profesor resmi ilmu retorika. Ia
berkecimpung selama kurang lebih 20 tahun dan telah menulis 12 buku sebagai
pengantar ilmu retorika.
3.
Abad Pertengahan
Abad ini ditandai dengan
wejangan-wejangan religius seperti khobah.
Tersebutlah seorang yang bernama Yesus dari Nazaret yang hidup sekitar
tahun 7 sebelum Masehi sampai 30 sesudah Masehi. Ia seorang pewarta yang
memiliki daya tarik dan daya sugesti yang mempesona. Dalam usaha
menyebarluaskan ajaran Yesus, para pengikutnya ikut mengembangkan kepadaian
berbicara lewat khotbah-khotbah yang dibawakannya. Paulus dari Tarsus (5-64M)
adalah seorang warga Romawi yang menguasai pengetahuan klasik dan memperluas
ajaran Yesus melalui khotbah-khotbahnya.
Pada abad-abad berikutnya
ketika kristianisasi mulai meluas banyak muncul pembicara terkenal yang
mengembangkan ilmu kepandaian berbicara melalui khotbah. Beberapa nama terkenal
seperti Tertulianus (150-230), Lactantius (260-320) yang digelari Ciceronya
orang kristen, Victorianus, Aurelius Agustinus (354-430) Hironimus (348-420),
Yohanes (344-407) yang dijuluki mulut emas. Menurut Yohanes seni berbicara
adalah medium untuk merebut hati pendengar dan mempengaruhi jiwanya.
Pada golongan muslim di
daerah Timur muncul peradaban baru. Seorang nabi menyampaikan firman Tuhan,
“Berilah mereka nasihat dan berbicaralah kepada mereka dengan pembicaraan menyentuh jiwa
mereka”(Al-Quran 2:63). Muhammad saw bersabda untuk memperteguh firman Tuhan
tersebut, “Sesungguhnya dalam kemampuan berbicara yang baik itu ada sihirnya”.
Beliau sendiri adalah
seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata yang singkat dan mengandung makna
yang padat. Para sahabat bercerita bahwa ucapan beliau sering menyebabkan
pendengar berguncang hatinya dan berlinangan air matanya. Beliau tidak hanya
menyentuh hati umatnya, tetapi menghimbau akal para pengikutnya. Salah seorang
sahabat yang paling dikasihi nabi Ali bin Abi Thalib, mewarisi ilmnya dalam
berbicara. Pada diri Ali bin Abi Thalib kefasihan dan kenegarawanan bergabung
kembali. Khotbah-khotbahnya dikumpulkan dengan cermat oleh para pengikutnya dan
diberi judul Nahjal-Balaghah (jalan
Balaghah). Balaghah menjadi disiplin ilmu yang menduduki status yang mulia
dalam peradaban islam. Kaum muslim
menggunakan balaghah sebagai pengganti retorika.
4.
Zaman Renaisans dan Humanisme
Abad ke-14 dan 16
berkembanglah Renaisans di Italia. Sejalan dengan perkembangan ini, muncul juga
pemahaman baru terhadap zaman Romawi dan Yunani kuno, sehingga ilmu retorika
dikembangkan kembali. Karya-karya tulis berkembang pesat. Ahli-ahli pidato
membawakan ceramah dimana-mana, menyiapkan pidato, menulis surat, mengadakan
diskusi dan debat, mengajar anak-anak sekolah tentang tekhnik berbicara dan
menulis buku. Pada zaman ini juga diterbitkan buku-buku mengenai ilmu retorika,
dialektika, seni sastra, filsafat dan pendidikan.
Para ahli yang terkenal di
zaman ini diantaranya Poggio Bracciolini (1380-1459) seorang philolog dan
pengumpul karya tulis zaman kuno. Tokoh lainnya Valla (1407-1457) seorang
profesor retorika di kota Pavila yang berjasa menghidupkan kembali peranan ilmu
retorika seperti zaman kuno. Juga terdapat ahli lain seperti Philip Melanchthon
(1497-1560), Ulrich Von Hutten (1488-1523), Ignatius (1491-1556), Pertrus
Kanisius (1521-1597) dan Abraham (1644-1709).
5.
Zaman Modern
Negara-negara yang berjasa
mengembangkan ilmu retorika pada zaman modern adalah Perancis, Inggris, Amerika
dan Jerman Barat. Berikut ini diuraikan perkembangan di masing-masing negara
tersebut.
a.
Perancis
Gerakan humanisme melahirkan
penyair-penyair, pengarang, moralis dan pengkhotbah terkenal di Perancis.
Sampai pada saat revolusi Perancis kepandaian berbicara hanya berkembang di
rumah-rumah biara. Setelah revolusi Perancis ilmu retorika mulai meluas dan
tersebar juga di kaum awam.
Tokoh tokoh terkenal dari Perancis
diantaranya Miabeaus (1749-1791) yang menguasai teknik berdebat, memiliki suara
yang jelas dan mimik yang menarik; pengungkapan yang tajam dan logis. Selain
itu terdapat Napoleon Bonaparte (1769-1821) seorang diktator yang memiliki
banyak bakat dan mengenal jiwa manusia secara teliti. Napoleon seorang ahli
pidato yang luar biasa. Selain Napoleon ada pula seorang Jendral yang bernama
Charles de Gaulle(1890-1970) ang
mengangkat suara dari tempat pengasingannya di London untuk mendorong
rakyat Perancis supaya bertahan dalam tantangan. Ia adalah seorang alhi pidato
yang bersifat kepahlawanan. Saat itu Charles de Gaulle telah memanfaatkan
televisi sebagai media.
b.
Inggris
Ketika di daratan Eropa
khususnya di Jerman, orang berkecimpung dalam bidang puisi dan filsafat, orang
Inggris mempelajari ilmu retorika secara sistematis dan mengembangkannya dengan
karakter tersendiri. Sebagaimana bangsa Romawi, bangsa Inggris yakin bahwa
kata-kata yang diucapkan memiliki data untuk mempengaruhi dan menguasai manusia.
Oleh karena itu, ilmu retorika dipergunakan dalam usaha memperluas kekuasaan
kerajaan Inggris. Secara alamiah
orang Inggris adalah manusia pendiam, dalam arti bahasa dan gerak motoris
tubuhnya kurang dinamis. Para pemimpin Inggris mempelajari ilmu retorika secara
teliti dan melatih diri secara intensif dalam seni berbicara.
c.
Amerika Serikat
Kira-kira dua ratus tahun
yang lalu Amerika telah memiliki tradisi retoris. Nenek moyang bangsa Amerika
adalah orang-orang yang pandai berbicara. Tanpa modal kepandaian berbicara ini,
mereka tidak akan dapat mempersatukan bangsa Amerika untuk membebaskan diri
dari kekuasaan penjajahan Inggris.[4]
3.
Sejarah dan Perkembangan Retorika di Indonesia
Sejarah
perkembangan retorika di Indonesia tidak terlepas dari sejarah Indonesia itu
sendiri. Sejak abad ke-16 masa penjajahan Belanda terdapat tokoh-tokoh retorika
Indonesia yang menjadi delegasi-delegasi pada konferensi. Sebagai wakil
Indonesia tentu saja delegasi itu memiliki kemampuan berunding. Disitulah ilmu
retorika terpakai.
Perkembangan
retorika saat ini bukan hanya sedekar alat atau sarana komunikasi agar sampai
pada arah dan maksud tujuan, namun ilmu yang dikembangkan oleh filsuf terkenal
dimasa Yunani kuno ini telah menjadi tuntutan
profesi syarat utama kepemimpinan dan bahkan menjadi sebuah profesi tunggal
seperti jubir (juru bicara), moderator, pembawa acara, dan sebagainya. Bila ditelaah dengan budaya kebangsaan kita, kebesaran negara ini juga diisi oleh
orang yang memahami ilmu Retorika ini
seperti tokoh-tokoh kemerdekaan, tokoh-tokoh kependidikan, dan tokoh-tokoh
pengisi kemerdekaan.
Tercatat
beberapa tokoh yang terkenal dengan kemampuan berbahasanya. Tokoh itu antara
lain H. Agus Salim yang berasal dari Sumatera Barat. H.Agus Salim adalah
manusia yang serba bisa, penerjemah, ahli syiar, sastrawan, diplomat, filsuf
dan ulama. Agus Salim dikenal di kalangan cendikiawan luar negeri sebagai
jenius di bidang bahasa yang mampu menulis dan berbicara dalam banyak bahasa
asing. Meskipun beliau mahir berbahasa asing, Agus Salim justru menunjukkan
kecintaannya terhadap bahasa Indonesia di sidang Dewan rakyat (volksraad)
sehingga menggegerkan Belanda.
Ahli pidato
Indonesia yang sangat terkenal adalah seperti yang diungkapkan dalam awal
tulisan ini yaitu Ir. Soekarno. Ir. Soekarno di kenal di seluruh dunia. Memang
suatu anugrah Tuhan kepada beliau. Kemampuan pidato yang luar biasa
dimilikinya. Suasan hening tercipta karena orang tidak ingin melewatkan setiap
yang diucapkannya. Ketika berpidato Bung Karno tidak pernah membaca naskah.
Pidato beliau bisa membuat pendengarnya terpengaruh dan terbiasa mengikuti apa
yang beliau sampaikan. Salah satu pidato beliau yang terkenal yang berjudul
“nawaksara”.
Ahli
retorika Indonesia yang lainnya adalah Buya HAMKA (1908-1981). Seorang ulama,
aktivis politik dan seorang penulis terkenal. Kemampuan menulis yang didapatnya
secara otodidak telah mengharumkan namnya sampai ke dunia internasional.
Otodidaknya tidak saja di bidang tulis menulis, tetapi juga di berbagai ilmu
seperti filsafat, sastra, sejarah, sosial dan politik. Kelebihan lain yang
dimiliki adalah mahir berbahasa Arab. Selain itu beliau juga mahir berpidato.
Untuk mengasah kemampuan pidato beliau bertukar pikiran dengan HOS
Cokroaminoto, Raden Mas Suryoparonoto.
Seorang orator yang terkenal dengan ketajaman kata-katanya adalah Bung Tomo
(1920-1981). Pahlawan asal Surabaya ini membangkitkan semangat rakyat Surabaya
yang diserang habis-habisan oleh tentara NICA. Sutomo dikenal karena
seruan-seruan pembukanya dalam siaran radio yang berapi-api. Tahun 1970 ia
kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan orde baru. Ia berbicara keras
terhadap pemerintahan Soeharto. Akhirnya ia ditahan karena kritiknya yang pedas
itu.
Cikal bakal ilmu komunkasi di Indonesia saat ini adalah ilmu retorika.
Retorika telah diajarkan di perguran tinggi. Bahkan saat ini telah ada jurusan
ilmu komunikasi. Selain perkembangannya sebagai ilmu komunikasi, retorika juga
diajarkan di pesantren-pesantren. Telah banyak pesantren di Indonesia yang
mencetak pendakwah terkenal yang mempunyai banyak massa. Di pesantren itu
dipelajari latihan berpidato atau memberi khotbah. Ustad yang terkenal dengan
dakwahnya yang menyentuh antara lain Abdullah Gymnastiar, KH. Zainuddin MZ,
Yusuf Masyur, dan lain-lain.[5]
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Retorika berasal dari bahasa
Inggris “rhetoric” dan bersumber dari
perkataan Latin “rhetorica” yang
berarti ilmu bicara. Retorika diartikan sebagai seni berpidato atau mengarang/membuat
naskah dengan baik. Retorika juga diartikan sebagai kesenian untuk berbicara
baik, yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis
(arts, techne).
Untuk memperoleh gambaran
tentang Retorika Dakwah yang efisien dan efektif seorang muballigh haruslah
mengenal mempelajari ilmu-ilmu pembantu da'wah, diantaranya adalah ilmu
retorika yang merupakan studi pendekatan da'wah dalam upaya mencari bentuk
alternatif methode da'wah. Pengenalan retorika dalam da'wah merupakan keharusan
seorang muballigh sebagai obyek penelaahan methode da'wah wal mau'idhatil
hasanati wa jaadilhum hiya ahsan dalam korelasinya secara menyeluruh dan sesuai
dengan tujuan. Retorika merupakan applikasi dari keseluruhan methode billisan
yang dapat dijadikan fenomena yang kongkrit dari telaah materi. Dengan demikian
besar retorika sebagai pengantar media da'wah maupun media lainya untuk mencari
dukungan atau kesamaan pendapat komunikator dengan komunikan sebagai saran
da'wah.
2. Kritik dan
saran
Demikian makalah mengenai sejarah dan perkembangan retorika yang
dapat kami buat dan kami sampaikan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita
semua. Apabila ada kesalahan dalam penulisan, ataupun ada refrensi yang kurang
benar dalam pembahasan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami
menerima saran dan kritikan dari pembaca demi kebaikan kami untuk selanjutnya. Tiada
kesempurnaan bagi kita, kecuali kesempurnaan itu hanya milik Allah semata.
DAFTAR PUSTAKA
_______http://ailenrossananda.blogspot.co.id/2011/07/retorika-dari-masa-ke-masa.html (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)
_______file:///C:/e:JOURNAL/ABDULLAH%2520RETORIKA%2520DAN%2520DAKWAH%2520ISLAM.pdf (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)
_______ Moede,Nogarsyah, Buku Pintar dakwah, 2002. Ladang Pustaka.Jakarta.
_______ Rahmat, Jalaluddin, Retorika Modern, 1996.
Rosdakarya.Bandung
[1] Jalaluddin Rahmat, Retorika
Modem, (Bandung: Rosdakarya 1996), hlm 12
[3] file:///C:/e:JOURNAL/ABDULLAH%2520RETORIKA%2520DAN%2520DAKWAH%2520ISLAM.pdf (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)
[4] http://ailenrossananda.blogspot.co.id/2011/07/retorika-dari-masa-ke-masa.html (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)
[5] Jalaluddin Rahmat, Retorika
Modem, (Bandung: Rosdakarya 1996), hlm 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar