Selasa, 29 November 2016

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN RETORIKA




SEJARAH DAN PERKEMBANGAN RETORIKA
MAKALAH
Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah  : Retorika      
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Jauharotul Farida, M.Ag


 

Disusun Oleh :

Siti Ani Munasaroh                 (1501046002)

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hanya orang yang pandai bicara adalah sungguh-sungguh manusia”, kata Quintilianus seorang ahli retorika Romawi. Apa yang dikatakan Quintilianus ini tidaklah berlebihan, karena memang dengan berbicara kualitas seseorang dapat dinilai. Orang yang tutur katanya teratur, jelas dan mudah dimengerti menunjukkan jalan pikirannya yang jernih dan teratur. Sebaliknya orang yang suka berbicara berbelit-belit atau tidak dapat mengungkapkan hal yang dimaksudnya, menunjukkan jalan pikiran yang kacau pula.
Banyak orang dikagumi karena kemampuan bicaranya. Mantan presiden pertama RI salah satunya. Ir. Soekarno (alm) terkenal sebagai orator yang ulung. Kemampuan merangkai kata membuat siapa saja akan terpesona dan tidak ingin melewatkan setiap kata yang diucapkannya. Kepiawaian beliau dikenal tidak di Indonesia saja, bahkan seluruh dunia mengakuinya. Sebagai penghargaan terhadap kemampuan pidatonya, setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari pidato Bung Karno. Kemampuan yang dimilikinya adalah ilmu retorika. Retorika dakwah Islam berkembang berjalan seiring dengan perkernbangan dakwah Islam. Aktifitas dakwah sendiri sudah ada sejak adanya Islam karena memang Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang memberikan nasihat untuk membenarkan dan mengimani apa yang difirmankan Allah SWT serta membenarkan dan melaksanakan perintah yang dikatakan nabi-nabi Allah, juga nasihat untuk orang banyak agar saling tolong menolong serta saling mengingatkan.
Dalam merealisasikan fungsinya Islam sebagai agama dakwah, Allah mengutus nabi dan rasul-Nya sebagai orator-orator yang akan mengatur, membimbing dan mengajak semua yang ada di muka bumi untuk taat dan takut pada Allah. Dakwah tersebut dimulai dari Nabi Adam AS hingga kurun sekarang ini. Supaya berhasil dalam aktifitas dakwahnya, para nabi dan rasul dibekali Allah dengan ilmu yang tidak bisa terlepas dari aktifitas dakwah tersebut, yaitu ilmu Retorika. Hal ini bertujuan agar agama Islam dapat disiarkan dengan benar dan tanpa ada unsur paksaan. Retorika pada dakwah belum begitu nampak, karena pada waktu itu dakwah dalam lingkup keluarga. Retorika dakwah baru berkembang dan mulai menampakkan perannya sejak masa Nabi Nuh dakwah yang dilakukan tidak hanya ditujukan keluarganya saja, melainkan juga untuk umatnya.
Pada makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang pengertian retorika, sejarah retorika dan perkembangan retorika dari zaman klasik sampai zaman modern.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian retorika ?
2.      Bagaimana sejarah dan perkembangan retorika dari zaman klasik sampai sekarang?
3.      Bagaimana sejarah dan perkembangan retorika di Indonesia?

PEMBAHASAN
1.      Pengertian Retorika
Retorika berasal dari bahasa Inggris rhetoric” dan bersumber dari perkataan Latin “rhetorica” yang berarti ilmu bicara. Retorika sebagai suatu ilmu memiliki sifat- sifat rasional, empiris, umum dan akumu-latif (Harsoyo dalam Susanto, 1988:73-74). Rasional, apa yang disampaikan oleh seorang pembicara harus tersusun secara sistematis dan logis. Empiris berarti menyajikan fakta-fakta yang dapat diverifikasi oleh pancaindra. Umum artinya kebenaran yang disampaikan tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasiakan karena memiliki nilai sosial. Akumulatif merupakan perkembangan dari ilmu yang sudah ada sebelumnya, yaitu penggunaan bahasa secara lisan maupun tulisan. Retorika secara sistematis dan metodologis telah dipelajari, diteliti, dan dipraktekkan oleh Sokrates dan penerusnya. Ada juga yang memberi pengertian retorika  sebagai seni penggunaan bahasa yang efektif. Yang lain mengatakan retorika sebagai public speaking atau berbicara di depan umum. Pengertian retorika secara sempit adalah hanya mengenai bicara, sedang secara luas tentang penggunaan bahasa lisan dan tulisan.[1]
Menurut Sunarjo(1983:49-52) Retorika dapat diartikan sebagai seni berpidato atau mengarang/membuat naskah dengan baik. Dalam Webster's World College Dictionary disebutkan bahwa retorika adalah "the art of speaking or writing with correctness, clearness and strength", yakni seni berpidato atau mengarang dengan benar, teliti, jelas, dan kuat. Retorika juga diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (arts, techne). Seni dan kepandaian berbicara dibutuhkan dalarn banyak medan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan lain. Mulai dari seorang pengacara, jaksa, hakim, pedagang sampai kepada negawaran, semuanya membutuhkan retorika. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato jelas, padat dan mengesankan.[2]
Pengertian retorika dapat dilihat dari tinjauan filosofis dan tinjauan ilmu komunikasi.Secara filosofis, retorika dapat dirunut dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.Filsuf Aristoteles mempertegas bahwa emosi manusia bervariasi dan ini dapat digunakan oleh seorang orator atau pembicara untuk mempengaruhi audiensnya. Aristoteles memberikan pengertian bahwa retorika sebagai seni yang memiliki nilai-nilai tertentu. Nilai itu adalah kebenaran dan keadilan yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan dalam masyarakat. Bagi Aristoteles, retorika memiliki beberapa fungsi, yaitu pengetahuan yang mendalam tentang retorika dan latihan-latihan yang dilakukan bisa mencegah retorika. digunakan sebagai alat penipuan retorika sangat berguna sebagai sarana untuk menyampaikan instruksi. retorika sama halnya dengan dialektik yang dapat memaksa orang untuk berpikir dan mengajukan pertanyaan.
Dalam ilmu komunikasi, retorika dan public speaking tidak terlalu dibedakan pengertiannya. Beberapa pendapat dikemukakan sebagai berikut.
a.       Public speaking atau retorika adalah suatu komunikasi tempat komunikator berhadapan langsung dengan massa atau berhadapan dengan komunikan atau audiens. Public speakingatau retorika dibedakan dengan komunikasi massa. Alasannya komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang menggunakan media massa, sedang public speaking atau retorika adalah komunikasi langsung dengan massa.
b.      Public speaking atau retorika digolongkan pada komunikasi massa. Alasannya bahwa public speaking atau retorika harus dibedakan dengan pidato-pidato lain. Public speaking adalah bentuk komunikasi berupa pembicaraan yangd iucapkan seseorang di depan orang banyak atau massa mengenai sesuatu masalah sosial. Public speaking atau retorika mempunyai ciri-ciri khusus, yakni public speaking harus diucapkan di depan orang banyak atau massa yang menjadi topik dalam pembicaraan adalah menyangkut orang banyak, menyangkut masalah sosial. Public speaking atau retorika tidak mungkin membicarakan masalah perorangan kecuali masalah tersebut menyangkut orang banyak. Pada dasarnya, terdapat perbedaan antara pidato-pidato yang diucapkan di depan kelompok kecil atau kelompok yang terbatas dengan public speaking atau retorika. Pidato di depan kelompok kecil/terbatas sudah mempunyai nama sendiri-sendiri, misalnya ceramah, kuliah,briefing,dan sebagainya.
c.       Tujuan public speaking atau retorika digunakan untuk menyadarkan dan mem-bangkitkan orang banyak atau mengenai masalah sosial sehingga tidak perlu igunakan suatu uraian ilmiah rasional.Tujuan retorika terutama berusaha mem-pengaruhi audiens atau komunikan. Yang perlu diperhatikan ialah retorika merupakan teknik pemakaian bahasa secara efektif yang berarti keterampilan atau kemahiran dalam memilih kata-kata yang dapat mempengaruhi komunikan sesuai dengan kondisi dan situasi komunikan tersebut.
d.      Retorika dan pidato dibedakan sebagai berikut. Pertama, retorika diidentikkan dengan public speaking,yakni salah satu bentuk komunikasi dengan audiens yang cukup banyak, bahkan ada yang menggolongkan retorika sebagai komunikasi massa. Kedua, pidato dapat terjadi dalam suatu group communication (komunikasi kelompok kecil misal nyaceramah dalam kelas) atau large group communication( komunikasi kelompokyang cukup besar, misalnya pada waktu seseorang memberi informasi sebelum ada pertunjukan sandiwara di alun-alun). Ketiga, retorika dan seni pidato tidak ada perbedaan yang mendasar.Pengertian retorika pun berkembang sesuai dengan zamannya. Pengertian retorika dewasa ini mencakup beberapa hal (Aly, 1994: 5), yaitu: prinsip-prinsip mengenai komposisi yang persuasif dan efektif serta ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang ahli pidato (orator); prinsip-prinsip mengenai komposisi prosa pada umumnya (secara lisan atau tertulis dan fiktif atau ilmiah) kumpulan ajaran teoretis mengenai seni komposisi verbal (prosa atau puisi) beserta cara-cara yang dipergunakan dalam prosa atau puisi. Menurut orator Richard Crable,retorika bisa dipandang sebagai suatu yangbombastis, suatu konotasi ketidakjujuran,retorika dapat diperluas dalam ‘teks book’mengenai penggunaan bahasa dan komposisi,dipandang sebagai seni dan atau ilmupengetahuan pemakaian bahasa untukmempengaruhi orang lain. Sementara itu,Hendrikus (2000:14)[3] memberi pengertian sebagai berikut.
a.       Retorika sebagai kesenian untuk berbicara baik yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia.Kesenian berbicara baik ini bukan berarti berbicara lancar tanpa pikiran yang jelas dan berisi melainkan kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat,jelas, padat, dan mengesankan.
b.      Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran,kesenian, dan kesanggupan berbicara.Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat,dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat.
c.       Dalam bahasa percakapan atau popular, retorika berarti pada tempat yangtepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar, dan mengesankan. Artinya, orang harus dapat berbicara jelas, singkat, dan efektif. Jelas supaya mudah dimengerti, singkat untuk menghemat waktu, dan efektif memiliki pengaruh atau efek pada khalayak.

2.      Sejarah dan Perkembangan Retorika Dari Zaman Klasik Sampai Sekarang
Ilmu retorika pertama kali dikembangkan di Yunani. Saat itu kepandaian berbicara di sebut techne rhetorike yang berarti ilmu tentang seni berbicara. Berikut akan diuraikan perkembangan ilmu retorika sejak zaman yunani kuno hingga saat ini dan perkembangan retorika di Indonesia.
1.      Zaman Yunani Kuno
Sejak abad ke- 7 sampai ke- 5 sebelum Masehi ilmu retorika telah dikenal di Yunani. Telah banyak ahli-ahli pidato saat itu. Alhi-ahli yang dicatat sejarah saat itu diantaranya Solon (640-560); Peisistratos (600-527); Thenustokles (525-460). Perikles (500-429). Karena kemahirannya berpidato penggemarnya mengatakan bahwa dewi-dewi seni berbicara yang memiliki daya tarik memukau dan bertahta di atas lidahnya.
Pada mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara dalam ruang persidangan. Tetapi setelah memperhatikan bahwa kepandaian berbicara berguna untuk memimpin negara, maka orang mulai menyusunnya dan disebut retorika, sehingga mudah dipelajari. Usaha ini dijalankan pertama-tama di daerah koloni Yunani di Sisilia dimana kebebasan berbicara mulai djunjung tinggi. Usaha yang sama juga dikembangkan di kota Athena dan di seluruh kerajaan Yunani. Sejak abad ke-5 mulai didirikan sekolah-sekolah retorika di wilayah-wilayah yang berkebudayaan helenistis. Retorika menjadi salah satu bidang ilmu yang diajarkan kepada generasi muda yang dipersiapkan untuk memimpin negara. Retorika pada abad ini menjadi salah satu bidang ilmu yang menyaingi filsafat. Beberapa ahli pidato muncul saat itu diantaranya Gorgias (485-380); Protagoras (480-410) dan Thrasymchus (300-200). Selain itu muncul juga ahli pidato lain yang terkenal seperti Socrates.
Menurut Socrates retorika adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan. Retorika harus menyampaikan kebenaran bukan kata-kata kosong. Pendapat ini dilanjutkan muridnya yang sangat terkenal Aristoteles. Aristoteles menulis buku yang berjudul “rhetoric”. Pada bagian awal bukunya ahli ini menekankan bahwa retorika adalah suatu pokok persoalan atau subjek yang dapat digambarkan secara sistematis seperti ilmu-ilmu lain. Melanjutkan perjuangan gurunya Aristoteles menyatakan bahwa retorika menggariskan prinsip-prnsip filosofi ilmiah untuk mempersuasikan kebenaran kepada pendengarnya. Setelah Yunani dikuasai bangsa Makedonia dan Romawi, maka berakhirlah masa kejayaan ilmu retorika Yunani Kuno. Retorika hanya merupakan ilmu yang dipelajari di bangku sekolah.
2.      Zaman Romawi Kuno
Setelah kerajaan Romawi menguasai Yunani terjadilah kontak antara kaum cendekiawan Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan bangsa Yunani terutama ilmu kepandaian berbicara. Ilmu retorika mulai diberikan di sekolah-sekolah. Apabila ada murid yang berbakat berpidato, setelah mereka dibekali pengetahuan teoretis tentang retorika, mereka disuruh mengunjungi tempat-tempat pengadilan, mereka menyaksikan pidato dibawakan di pengadilan dan di depan publik. Berdasarkan pengalaman praktis itu, para murid melengkapi petunjuk yang diberikan gurunya disekolah.
Terdapat ahli-ahli pidato terkenal di Romawi saat itu, diantaranya Cato Senior (234-149) yang terkenal lewat pidatonya yang berjudul “Carthago delegenda est” yang mengajar rakyat Romawi membinasakan kota Cartago di Afrika Utara.  Ahli pidato lainnya adalah Marcus Tullius Cicero (106-44). Cicero menulis mengenai teori pidato, yang sampai saat ini masih digunakan.
Ahli pidato lainnya yaitu Gaius Junius Caesar (100-44). Caesar terkenal sebagai seorang diktator. Ia seorang yang pandai berpidato dan berperang. Selanjutnya ada Quintilianus (35-100) yang merupakan seorang guru retorika. Tahun 1970 Quntilianus menerima pengakuan resmi dari Kaisar Vespasianus sebagai profesor resmi ilmu retorika. Ia berkecimpung selama kurang lebih 20 tahun dan telah menulis 12 buku sebagai pengantar ilmu retorika.
3.      Abad Pertengahan
Abad ini ditandai dengan wejangan-wejangan religius seperti khobah.  Tersebutlah seorang yang bernama Yesus dari Nazaret yang hidup sekitar tahun 7 sebelum Masehi sampai 30 sesudah Masehi. Ia seorang pewarta yang memiliki daya tarik dan daya sugesti yang mempesona. Dalam usaha menyebarluaskan ajaran Yesus, para pengikutnya ikut mengembangkan kepadaian berbicara lewat khotbah-khotbah yang dibawakannya. Paulus dari Tarsus (5-64M) adalah seorang warga Romawi yang menguasai pengetahuan klasik dan memperluas ajaran Yesus melalui khotbah-khotbahnya.
Pada abad-abad berikutnya ketika kristianisasi mulai meluas banyak muncul pembicara terkenal yang mengembangkan ilmu kepandaian berbicara melalui khotbah. Beberapa nama terkenal seperti Tertulianus (150-230), Lactantius (260-320) yang digelari Ciceronya orang kristen, Victorianus, Aurelius Agustinus (354-430) Hironimus (348-420), Yohanes (344-407) yang dijuluki mulut emas. Menurut Yohanes seni berbicara adalah medium untuk merebut hati pendengar dan mempengaruhi jiwanya.
Pada golongan muslim di daerah Timur muncul peradaban baru. Seorang nabi menyampaikan firman Tuhan, “Berilah mereka nasihat dan berbicaralah kepada mereka dengan pembicaraan menyentuh jiwa mereka”(Al-Quran 2:63). Muhammad saw bersabda untuk memperteguh firman Tuhan tersebut, “Sesungguhnya dalam kemampuan berbicara yang baik itu ada sihirnya”.
Beliau sendiri adalah seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata yang singkat dan mengandung makna yang padat. Para sahabat bercerita bahwa ucapan beliau sering menyebabkan pendengar berguncang hatinya dan berlinangan air matanya. Beliau tidak hanya menyentuh hati umatnya, tetapi menghimbau akal para pengikutnya. Salah seorang sahabat yang paling dikasihi nabi Ali bin Abi Thalib, mewarisi ilmnya dalam berbicara. Pada diri Ali bin Abi Thalib kefasihan dan kenegarawanan bergabung kembali. Khotbah-khotbahnya dikumpulkan dengan cermat oleh para pengikutnya dan diberi judul Nahjal-Balaghah (jalan Balaghah). Balaghah menjadi disiplin ilmu yang menduduki status yang mulia dalam peradaban islam. Kaum muslim  menggunakan balaghah sebagai pengganti retorika.
4.      Zaman Renaisans dan Humanisme
Abad ke-14 dan 16 berkembanglah Renaisans di Italia. Sejalan dengan perkembangan ini, muncul juga pemahaman baru terhadap zaman Romawi dan Yunani kuno, sehingga ilmu retorika dikembangkan kembali. Karya-karya tulis berkembang pesat. Ahli-ahli pidato membawakan ceramah dimana-mana, menyiapkan pidato, menulis surat, mengadakan diskusi dan debat, mengajar anak-anak sekolah tentang tekhnik berbicara dan menulis buku. Pada zaman ini juga diterbitkan buku-buku mengenai ilmu retorika, dialektika, seni sastra, filsafat dan pendidikan.
Para ahli yang terkenal di zaman ini diantaranya Poggio Bracciolini (1380-1459) seorang philolog dan pengumpul karya tulis zaman kuno. Tokoh lainnya Valla (1407-1457) seorang profesor retorika di kota Pavila yang berjasa menghidupkan kembali peranan ilmu retorika seperti zaman kuno. Juga terdapat ahli lain seperti Philip Melanchthon (1497-1560), Ulrich Von Hutten (1488-1523), Ignatius (1491-1556), Pertrus Kanisius (1521-1597) dan Abraham (1644-1709).


5.      Zaman Modern
Negara-negara yang berjasa mengembangkan ilmu retorika pada zaman modern adalah Perancis, Inggris, Amerika dan Jerman Barat. Berikut ini diuraikan perkembangan di masing-masing negara tersebut.
a.       Perancis
Gerakan humanisme melahirkan penyair-penyair, pengarang, moralis dan pengkhotbah terkenal di Perancis. Sampai pada saat revolusi Perancis kepandaian berbicara hanya berkembang di rumah-rumah biara. Setelah revolusi Perancis ilmu retorika mulai meluas dan tersebar juga di kaum awam.
Tokoh tokoh terkenal dari Perancis diantaranya Miabeaus (1749-1791) yang menguasai teknik berdebat, memiliki suara yang jelas dan mimik yang menarik; pengungkapan yang tajam dan logis. Selain itu terdapat Napoleon Bonaparte (1769-1821) seorang diktator yang memiliki banyak bakat dan mengenal jiwa manusia secara teliti. Napoleon seorang ahli pidato yang luar biasa. Selain Napoleon ada pula seorang Jendral yang bernama Charles de Gaulle(1890-1970) ang  mengangkat suara dari tempat pengasingannya di London untuk mendorong rakyat Perancis supaya bertahan dalam tantangan. Ia adalah seorang alhi pidato yang bersifat kepahlawanan. Saat itu Charles de Gaulle telah memanfaatkan televisi sebagai media.
b.      Inggris
Ketika di daratan Eropa khususnya di Jerman, orang berkecimpung dalam bidang puisi dan filsafat, orang Inggris mempelajari ilmu retorika secara sistematis dan mengembangkannya dengan karakter tersendiri. Sebagaimana bangsa Romawi, bangsa Inggris yakin bahwa kata-kata yang diucapkan memiliki data untuk mempengaruhi dan menguasai manusia. Oleh karena itu, ilmu retorika dipergunakan dalam usaha memperluas kekuasaan kerajaan Inggris. Secara alamiah orang Inggris adalah manusia pendiam, dalam arti bahasa dan gerak motoris tubuhnya kurang dinamis. Para pemimpin Inggris mempelajari ilmu retorika secara teliti dan melatih diri secara intensif dalam seni berbicara.
c.       Amerika Serikat
Kira-kira dua ratus tahun yang lalu Amerika telah memiliki tradisi retoris. Nenek moyang bangsa Amerika adalah orang-orang yang pandai berbicara. Tanpa modal kepandaian berbicara ini, mereka tidak akan dapat mempersatukan bangsa Amerika untuk membebaskan diri dari kekuasaan penjajahan Inggris.[4]
3.      Sejarah dan Perkembangan Retorika di Indonesia
Sejarah perkembangan retorika di Indonesia tidak terlepas dari sejarah Indonesia itu sendiri. Sejak abad ke-16 masa penjajahan Belanda terdapat tokoh-tokoh retorika Indonesia yang menjadi delegasi-delegasi pada konferensi. Sebagai wakil Indonesia tentu saja delegasi itu memiliki kemampuan berunding. Disitulah ilmu retorika terpakai.
Perkembangan retorika saat ini bukan hanya sedekar alat atau sarana komunikasi agar sampai pada arah dan maksud tujuan, namun ilmu yang dikembangkan oleh filsuf terkenal dimasa Yunani kuno ini telah menjadi tuntutan profesi syarat utama kepemimpinan dan bahkan menjadi sebuah profesi tunggal seperti jubir (juru bicara), moderator, pembawa acara, dan sebagainya. Bila ditelaah dengan budaya kebangsaan kita, kebesaran negara ini juga diisi oleh orang yang memahami ilmu Retorika ini seperti tokoh-tokoh kemerdekaan, tokoh-tokoh kependidikan, dan tokoh-tokoh pengisi kemerdekaan. 
Tercatat beberapa tokoh yang terkenal dengan kemampuan berbahasanya. Tokoh itu antara lain H. Agus Salim yang berasal dari Sumatera Barat. H.Agus Salim adalah manusia yang serba bisa, penerjemah, ahli syiar, sastrawan, diplomat, filsuf dan ulama. Agus Salim dikenal di kalangan cendikiawan luar negeri sebagai jenius di bidang bahasa yang mampu menulis dan berbicara dalam banyak bahasa asing. Meskipun beliau mahir berbahasa asing, Agus Salim justru menunjukkan kecintaannya terhadap bahasa Indonesia di sidang Dewan rakyat (volksraad) sehingga menggegerkan Belanda.
Ahli pidato Indonesia yang sangat terkenal adalah seperti yang diungkapkan dalam awal tulisan ini yaitu Ir. Soekarno. Ir. Soekarno di kenal di seluruh dunia. Memang suatu anugrah Tuhan kepada beliau. Kemampuan pidato yang luar biasa dimilikinya. Suasan hening tercipta karena orang tidak ingin melewatkan setiap yang diucapkannya. Ketika berpidato Bung Karno tidak pernah membaca naskah. Pidato beliau bisa membuat pendengarnya terpengaruh dan terbiasa mengikuti apa yang beliau sampaikan. Salah satu pidato beliau yang terkenal yang berjudul “nawaksara”.
Ahli retorika Indonesia yang lainnya adalah Buya HAMKA (1908-1981). Seorang ulama, aktivis politik dan seorang penulis terkenal. Kemampuan menulis yang didapatnya secara otodidak telah mengharumkan namnya sampai ke dunia internasional. Otodidaknya tidak saja di bidang tulis menulis, tetapi juga di berbagai ilmu seperti filsafat, sastra, sejarah, sosial dan politik. Kelebihan lain yang dimiliki adalah mahir berbahasa Arab. Selain itu beliau juga mahir berpidato. Untuk mengasah kemampuan pidato beliau bertukar pikiran dengan HOS Cokroaminoto, Raden Mas Suryoparonoto.
Seorang orator yang terkenal dengan ketajaman kata-katanya adalah Bung Tomo (1920-1981). Pahlawan asal Surabaya ini membangkitkan semangat rakyat Surabaya yang diserang habis-habisan oleh tentara NICA. Sutomo dikenal karena seruan-seruan pembukanya dalam siaran radio yang berapi-api. Tahun 1970 ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan orde baru. Ia berbicara keras terhadap pemerintahan Soeharto. Akhirnya ia ditahan karena kritiknya yang pedas itu.
Cikal bakal ilmu komunkasi di Indonesia saat ini adalah ilmu retorika. Retorika telah diajarkan di perguran tinggi. Bahkan saat ini telah ada jurusan ilmu komunikasi. Selain perkembangannya sebagai ilmu komunikasi, retorika juga diajarkan di pesantren-pesantren. Telah banyak pesantren di Indonesia yang mencetak pendakwah terkenal yang mempunyai banyak massa. Di pesantren itu dipelajari latihan berpidato atau memberi khotbah. Ustad yang terkenal dengan dakwahnya yang menyentuh antara lain Abdullah Gymnastiar, KH. Zainuddin MZ, Yusuf Masyur, dan lain-lain.[5]



PENUTUP
1.      Kesimpulan
Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric” dan bersumber dari perkataan Latin “rhetorica” yang berarti ilmu bicara. Retorika diartikan sebagai seni berpidato atau mengarang/membuat naskah dengan baik. Retorika juga diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (arts, techne).
Untuk memperoleh gambaran tentang Retorika Dakwah yang efisien dan efektif seorang muballigh haruslah mengenal mempelajari ilmu-ilmu pembantu da'wah, diantaranya adalah ilmu retorika yang merupakan studi pendekatan da'wah dalam upaya mencari bentuk alternatif methode da'wah. Pengenalan retorika dalam da'wah merupakan keharusan seorang muballigh sebagai obyek penelaahan methode da'wah wal mau'idhatil hasanati wa jaadilhum hiya ahsan dalam korelasinya secara menyeluruh dan sesuai dengan tujuan. Retorika merupakan applikasi dari keseluruhan methode billisan yang dapat dijadikan fenomena yang kongkrit dari telaah materi. Dengan demikian besar retorika sebagai pengantar media da'wah maupun media lainya untuk mencari dukungan atau kesamaan pendapat komunikator dengan komunikan sebagai saran da'wah.
2.      Kritik dan saran
Demikian makalah mengenai sejarah dan perkembangan retorika yang dapat kami buat dan kami sampaikan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dalam penulisan, ataupun ada refrensi yang kurang benar dalam pembahasan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami menerima saran dan kritikan dari pembaca demi kebaikan kami untuk selanjutnya. Tiada kesempurnaan bagi kita, kecuali kesempurnaan itu hanya milik Allah semata.








DAFTAR PUSTAKA

_______http://ailenrossananda.blogspot.co.id/2011/07/retorika-dari-masa-ke-masa.html (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)

_______file:///C:/e:JOURNAL/ABDULLAH%2520RETORIKA%2520DAN%2520DAKWAH%2520ISLAM.pdf (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)
_______ Moede,Nogarsyah, Buku Pintar dakwah, 2002. Ladang Pustaka.Jakarta.
_______ Rahmat, Jalaluddin, Retorika Modern, 1996. Rosdakarya.Bandung



[1] Jalaluddin Rahmat, Retorika Modem, (Bandung: Rosdakarya 1996), hlm 12
[2] Ir. Nogarsyah Moede, Buku Pintar dakwah, (Jakarta: Ladang Pustaka 2002) hlm 38
[3] file:///C:/e:JOURNAL/ABDULLAH%2520RETORIKA%2520DAN%2520DAKWAH%2520ISLAM.pdf (diunduh pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 22.35)
[5] Jalaluddin Rahmat, Retorika Modem, (Bandung: Rosdakarya 1996), hlm 16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar