ASPEK FILSAFAT ILMU DALAM ILMU KOMUNIKASI ISLAM:
KAJIAN AKSIOLOGI ILMU KOMUNIKASI ISLAM
Fatimatuz Zahro'ul B (2001028006)
UIN Walisongo Semarang
fatimatuzzahroulbatul@gmail.com
Abstrak
Hasil penelitian
ini menjelaskan bahwa secara aksiologis ilmu komunikasi Islam menekankan pada
tujuan mencari ilmu dalam Islam, yakni ingin memberikan kepuasan dan
kemanfaatan bagi manusia serta dalam kerangka untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan. Tujuan tersebut menjadi titik tolak dalam pengembangan ilmu komunikasi.
Karenanya, peran ilmu komunikasi Islam, selain untuk mengenali diri manusia itu
sendiri, juga dimaksudkan untuk menjalin hubungan kemanusiaan, mentransmisikan
nilai-nilai Islam kepada generasi penerus, dan untuk membangun persaudaraan dan
persatuan. Adapun metode yang digunakan yaitu metode kajian pustaka dengan
pengumpulan data dilakukan dengan mengkaji berbagai literature baik berupa
buku, jurnal, dan sumber-sumber online.
Keyword: aksiologi, ilmu, komunikasi Islam
Pendahuluan
Filsafat
telah dikaji dalam berbagai kontek, baik terpisah tersendiri dalam suatu mata
kuliah maupun intergrasi dalam suatu bidang ilmu. Kajian filsafat sering
dikaitkan dengan aspek ontology, epistimologi, dan aksiologi keilmuan. Satu
satu di antara tiga aspek filsafat dalam membangun kerangka keilmuan suatu
disiplin ilmu adalah pembahasan aspek aksiologi dari ilmu tersebut. Pembahasan
mengenai aksiologi ilmu adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu
tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan
ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana. Aksiologi
diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh.
Pada
aspek aksiologi, keberadaan ilmu dakwah cukup dirasakan urgensinya dan
mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Keberadaan dakwah Islam disebut strategis
karena pada tahap operasional, kegiatan dakwahlah yang lebih dominan berperan
dalam sosialisasi dan pelembagaan konsep-konsep Islam di tengah-tengah
masyarakat. Karena itu, tanpa kegiatan dakwah, tentu upaya pengembangan dan pemasyarakatan
sistem keilmuan Islam menjadi lamban. (Asep, 2011: 447)
Berdasarkan
tinjauan aspek aksiologi ini, eksistensi dakwah Islam adalah tidak perlu
diragukan lagi. Tetapi berdasarkan tinjauan ontologi dan epistemologi masih
sangat diperlukan pemikiran dan penelitian yang dapat memberikan kontribusi untuk
pengembangan keilmuan dakwah sehingga dapat sejajar dengan sistem keilmuan
lainnya.
Adapun
jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini
mendapatkan data-data berupa ungkapan-ungkapan, pernyataan-pernyataan, catatan-catatan,
tingkah laku orang yang terobservasi, dan berbagai simbol yang bermakna dan
dapat diinterpretasikan (Rober, 1993: 30 ). Berkenaan dengan penelitian ini,
data-data yang diperoleh berupa pernyataan-pernyataan, catatan-catatan dan
berbagai simbol yang bermakna dan dapat diinterpretasikan. Dengan menggunakan
jenis penelitian kualitatif tersebut akan terungkap secara mendalam dan
komprehensif tentang konsep aksiologi ilmu komunikasi Islam
Pembahasan
Kata
aksiologi juga merupakan bahasa Yunani yaitu axios yang berarti layak atau
pantas. Kemudian logos memiliki arti ilmu, yang secara sederhana, aksiologi
mempelajari tentang manfaat atau nilai-nilai yang kita peroleh dari sebuah ilmu
pengetahuan yang dalam hal ini adalah ilmu komunikasi dan dakwah. Dengan kata
lain aksiologi merupakan teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari
pengetahuan komunikasi yang didapatkan. Aksiologi ini terbagi menjadi tiga
bagian yaitu: pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan
etika, kedua, esthetic expression, atau ekspresi keindahan, dan ketiga,
sosio-political life, atau kehidupan sosial politik. Dari ketiga bahasan inilah
lahir filsafat ilmu komunikasi. Aksiologi juga merupakan cabang filsafat yang
berkaitan dengan etika, estetika, dan agama, sedangkan aksiologis merupakan
bidang kajian filosofis yang membahas value (Nurhayati, 2020: 195).
Arah
pengembangan ilmu komunikasi Islam dan dakwah, secara aksiologis dapat
melengkapi manfaat kebutuhan pengembangan sistem pengelolaan pesan informasi
nilai ajaran Islam yang dikemas dalam sistem pers dakwah maupun dengan
menggunakan teknologi dakwah sehingga informasi pesan dakwah lebih berorientasi
pada kemampuan, kecakapan dan kebebasan penyampaian informasi ruang publik
secara massif sehingga menimbulkan perilaku dan kesadaran kolektif secara
bersifat lebih efektif dan efisien (Hasyim, 2014: 144).
Jika
seluruh tahapan pencarian keilmuan diwarnai dengan nilai-niali Islam, maka pada
akhirnya akan terwujud sebuah eksistensi keilmuan komunika Islam yang kuat
dengan batasan problem yang jelas sehingga dapat dibedakan dari konteks
kelimuan komunikasi dengan yang lainnya. Dengan demikian komunikasi Islam akan
menjadi sebuah kajian ilmu yang mapan dalam memantu pencarian kebenaran yang
hakiki. Komunikasi Islam akan menjadi hasil pemikiran ilmiah manusia yang
bersifat dinamis dan tidak terlepas dari pengujian terhadap tingkat kebenaran
ilmu komunikai. Penggunaan kata Islam mewjadi ciri khas dari bentuk teori dan
prinsip yang dibangun sesuai dengan tata nilai dan aturan, agar manusia
menjalani hidupnya sesuai dengan aturan-aturan-Nya.
Hasil Pembahasan
Aksiologi dalam
Ilmu Komunikasi Islam
Di
dalam ajaran Islam, tujuan mencari ilmu bukan hanya untuk mencari kepuasan atau
keingintahuan manusia (curiosity) saja, tetapi juga untuk mengetahui jejak
Tuhan di muka bumi atau vestigia dei (Kartanegara, 2003: 132) atau dalam bahasa
yang lain untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Menurut Ali Abdul Azhim (1989),
tujuan terbesar ilmu dalam Islam adalah komunikasi dengan Allah, karena Dia
merupakan zat yang Maha Tinggi untuk kebenaran, kebaikan, dan keindahan,
sebagaimana firman Allah “dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan
di bumi, dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ar-Rum: 27).
Jika
tujuan mencari ilmu dalam Islam tersebut dikaitkan dengan tujuan untuk mempelajari
ilmu komunikasi Islam, maka akan didapatkan bahwa tujuan dari mempelajari ilmu
komunikasi Islam adalah: Pertama, mengembangkan rasa ingin tahu manusia (curiosity)
dalam memahami diri manusia, masyarakat dan lingkungan. Kedua, menciptakan dan
mengembangkan teori-teori komunikasi yang berlandaskan nilai-nilai Islam,
sehingga dalam praktek kita dapat menjadi pekerja komunikasi yang baik,
terampil dan profesional dalam melaksanakan tugas serta dapat mendekatkan diri
kepada Tuhan. Ketiga, membantu manusia dalam mengatasi berbagai persoalan
komunikasi manusia, baik komunikasi dengan Tuhan, manusia, maupun dengan alam
semesta. Keempat, sebagai media manusia dalam mengembangkan kualitas diri dan
juga dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, ada empat peran penting ilmu komunikasi Islam. Keempat peran ini
tidak bisa dihilangkan meskipun teknologi komunikasi telah berkembang begitu
cepat.
Pertama,
peran ilmu komunikasi Islam adalah untuk mengenal diri manusia itu sendiri.
Pengenalan terhadap diri sendiri menjadi bekal yang utama bagi manusia dalam
menjalankan aktivitas di dunia dan juga untuk mengenal Tuhannya. Siapa dirinya
dan untuk apa ia hidup di dunia? Merupakan sebagian kecil dari pertanyaan yang
perlu dijawab oleh manusia. Karena itu, manusia diperintahkan secara proaktif
untuk mencari tahu tentang eksistensi dan perannya. Manusia diberikan oleh
Allah akal, indra, dan hati agar dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Salah satu
ilmu yang dapat membantu manusia dalam pencarian dirinya adalah melalui
komunikasi. Manusia bisa melakukan komunikasi intrapersonal dengan cara
melakukan kontemplasi, tafakkur, berdo’a atau introspeksi diri.
Kedua,
peran ilmu komuikasi Islam untuk menjalin hubungan kemanusiaan (human relation)
yang bersandarkan kepada ajaran Islam. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak
bisa hidup sendirian. Ia pasti membutuhkan orang lain, baik secara disengaja
ataupun tidak disengaja, atau secara langsung maupun tidak langsung. Kebutuhan
terhadap orang lain merupakan kebutuhan yang bersifat naluriah (fitri). Untuk
memenuhi kebutuhan makan atau minum, sejak dahulu kala manusia membutuhkan
orang lain. Sistem barter dalam perdagangan yang ada dalam sejarah perkembangan
ilmu ekonomi menunjukkan bahwa manusia selalu membutuhkan orang lain. Demikian
juga, secara naluriah manusia membutuhkan lawan jenisnya untuk mendapatkan
kehangatan dan memenuhi kebutuhan seksualnya. Dari sanalah lahir lembaga
perkawinan dengan segala pranatanya.
Ketiga,
peran ilmu komunikasi Islam untuk mentransfer nilai-nilai Islam dari satu generasi
kepada
generasi selanjutnya melalui proses pendidikan dan dakwah. Setiap manusia pasti
menghendaki adanya generasi penerus, baik dalam kehidupan rumah tangga, sosial,
dan bernegara. Generasi yang akan dilahirkan tentu harus lebih baik dari
generasi sebelumnya. Allah mengajarkan kepada manusia supaya mempersiapkan
generasi pelanjutnya, generasi yang kuat dan sehat supaya dia mampu menghadapi
tantangan zamannya.
Dalam
kerangka penyiapan generasi inilah peran komunikasi Islam amat urgen.Misalnya,
media masa islam dapat menjadi media pendidikan masyarakat. Di dalamnya norma-norma
atau ajaran-ajaran Islam dapat disosialisasikan melalui media massa. Beberapa contoh
isi materi yang bisa dimuat dalam media islam, diantaranya: bagaimana
pendidikan karakter menurut Islam, cara berkomunikasi yang efektif dalam
keluarga, cara membimbing remaja, berinteraksi dengan lingkungan, dan
sebagainya. Intinya, tema-tema yang diangkat tentunya tema-tema yang bisa
mempersiapkan generasi muda bisa bersaing di masa depan.
Keempat,
peran ilmu komunikasi Islam untuk membangun persatuan dan kesatuan umat.
Komunikasi Islam memiliki peran penting dalam merekat kesatuan umat dan peran
ini tidak bisa digantikan dengan kemajuan teknologi komunikasi. Meskipun dalam
realitas kita berbeda-beda secara bahasa, agama, dan budaya, tetapi sebenarnya
kita berasal dari umat yang satu. Kesatuan umat ini menjadi pesan sentral yang
ada dalam al-qur’an. Dengan paham kesatuan umat ini akan lahir prinsip-prinsip
persaudaraan, persamaan, toleransi, dan tanggung jawab sosial.
Kemudian,
manusia yang berbeda-beda secara suku, bahasa, dan ras serta agama diminta oleh
Tuhan untuk saling kenal mengenal . Ta’aruf merupakan lahan awal untuk menjalin
komunikasi sosial selanjutnya. Melalui ta’aruf, seseorang membuka dirinya dan
saling mengapresiasi sehingga komunikasi bisa berjalan. Jika muncul persepsi
yang negatif terhadap orang lain tentu proses komunikasi tidak akan berlangsung
dengan baik karena itu islam melarang seseorang merendahkan dan memberi sebutan
sebagai ejekan pada orang lain, berburuk
sangka, memata-matai, dan menggunjing satu sama lain dan berbagai etika komunikasi interpersonal
lainnya. Tujuan utama Tuhan memberikan petunjuk etika berkomunikasi secara
sosial agar manusia dapat menunjukkan perilaku yang baik (akhlak mahmudah).
Lebih jauh lagi, etika dalam ilmu komunikasi Islam diarahkan untuk menjawab
beberapa persoalan yang muncul dalam pengembangan komunikasi sekuler dimana ada
peraturan-peraturan tetapi tidak ada tindakan-tindakan, banyak teknologi tanpa
kemanusiaan, banyak teori tanpa praktek, adanya perubahan global tanpa
memperhatikan perubahan individual, dan ada etika individual tanpa kesadaran
dunia.
Kesimpulan
Dari
pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam perspektif filsafat
ilmu, konstruksi ilmu komunikasi Islam tidak terlepas pada kajian ontologi,
epistemologi, dan aksiologi ilmu. ,secara aksiologis, ilmu komunikasi Islam
menekankan pada tujuan mencari ilmu dalam Islam, yakni ingin memberikan
kepuasan dan kemanfaatan bagi manusia serta dalam kerangka untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan. Tujuan tersebut menjadi titik tolak dalam pengembangan ilmu
komunikasi Islam. Karenanya, peran ilmu komunikasi Islam, selain untuk
mengenali diri manusia itu sendiri, juga dimaksudkan untuk menjalin hubungan
kemanusiaan, mentransmisikan nilai-nilai Islam kepada generasi penerus, dan
untuk membangun persaudaraan dan persatuan. Peran tersebut dapat dilakukan
secara baik manakala nilai dan etika yang ada dalam komunikasi Islam diterapkan
dalam proses komunikasi dan pengembangan ilmu komunikasi Islam. Nilai-nilai dan
etika yang dibangun bersandarkan kepada nilai dan etika yang ada di dalam
al-Qur’an dan al-sunnah.
Daftar Pustaka
Abd
Rasyid, Nurhayati. Memahami Filsafat dalam Ilmu Komunikasi dan Dakwah. Al-mishbah,
Vol.16 No. 1 Januari – Juni 2020.
Asep,
Shodiqin. Membingkai "Episteme" Ilmu Dakwah. Ilmu Dakwah Vol.
5 No. 2 Edisi Juli – Desember 2011.
Effendy,
Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Ghani,
Zulkiple Abd. and Mohd Safar Hasim. 2004. Islamic Values and Ethics in Communication
Islamiyyat.
Hasanah,
Hasyim. Arah Pengembangab Dakwah Melalui Sistem Komunikasi Islam. At-Tabsyir, Vol. 4, No. 1 Juni 2016.
Kartanegara, Mulyadhi. 2002. Panorama Filsafat
Islam. Bandung: Mizan.
Robert
Bodgan dan Steven J. Taylor. 1993. Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian. Surabaya:
Usaha Nasional.